Rabu, 09 November 2011

Makalah Fisika Dasar I

 


MAKALAH

FISIKA DASAR I

 






NAMA                          : RETNO WARIANTI
NIM                               : 06091010029
JURUSAN / PRODI    : P.MIPA / KIMIA
DOSEN PENGASUH : SUDIRMAN S.Pd., M.Si






FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SRIWIJAYA

2009 / 2010



BAB I
PENDAHULUAN

I.                   Latar Belakang
Fisika adala ilmu pengetahuan eksperimental. Dalam melakukan eksperimen kita memerlukan pengukuran-pengukuran. Biasanya untuk menggambarkan hasil pengukuran digunakan angka-angka. Setiap angka yang digunakan untuk menggambarkan Fisika secara kuantitatif disebut besaran. Untuk mengukur kecepatan, percepatan, gaya, dan momentum dapat digunakan dengan pengoperasian vektor yang akan dibahas pada makalah ini.
Lalu dapat juga menggunakan gaya dan massa untuk menganalisis prinsip-prinsip dinamika, yaitu prinsip-prinsip yang mengaitkan antara gerak dan gaya yang menyebabkannya. Prinsip-prinsip ini dibungkus dalam suatu paket yang rapi yang terdiri dari tiga pernyataan yang disebut dengan hukum Newton.
Lalu dapat pula menggunakan konsep gerak harmonik untuk mencari persamaan yang dipengaruhi oleh gaya yang arahnya selalu menuju titik seimbang dan besarnya sebanding dengan simpangannya.

II.                Rumusan Masalah
  1. Sering terjadinya kesalahan dalam pegukuran.
  2. Ketidaktepatan dalam pengaplikasian vektor.
  3. Pemahaman tersendiri mengenai hukum II Newton.
  4. Pemahaman terhadap besaran yang berkaitan dengan gerak harmonik sederhana.

III.             Tujuan
  1. Dapat menentukan ketidakpastian dalam pengukuran.
  2. Dapat menentukan besar dan arah resultan dari vektor.
  3. Dapat menyelesaikan sol-soal yang berkaitan dengan hukum Newton.
  4. Dapat mendeskripsikan karakter gerak pada benda pegas.


BAB II
PEMBAHASAN

I.Pengukuran Dasar
   I.I Pengukuran
Fisika maupun disiplin ilmu lain pengukuran kuantitas merupakan dasar utama. Dalam pengukuran ini akan dicari korelasi atau interprestasi dan sering pula diadakan perbandingan prediksi teoritis. Hal-hal yang meliputi pengukuran kuantitas ini adalah sistem satuan Internasional atau disingkat dengan sitem SI ( System International Unit ) atau satuan metric.
Dalam melakukan pengukuran selalu dimungkinkan terjadi kesalahan. Oleh karena itu, kita harus menyertakan angka-angka kesalahan agar kita dapat memberi penilaian wajar dari hasil pengukuran. Jelas hasil pengukuran yang kita lakukan tidak dapat diharapkan tepat sama dengan hasil teori, namun ada pada suatu jangkauan nilai:
X – Δx < x < x + Δx
dengan x merupakan nilai terbaik sebagai nilai yang benar, Δx merupakan kesalahan hasil pengukuran, yang disebabkan keterbatasan alat, ketidakcermatan, perbedaan waktu pengukuran, dan lain sebagainya. Dengan menyertakan kesalahan atau batas toleransi terhadap suatu nilai yang kita anggap benar, kita dapat mempertanggungjawabkan hasil pengukuran.

   I.2 Kesalahan Pengukuran
Besaran fisika tidak dapat diukur secara pasti dengan setiap alat ukur. Hasil pengukuran selalu mempunyai derajat ketidakpastian. Kesalahan pengukuran dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu kesalahan sitematis dan kesalahan acak. Kesalahan sistematis akan menghasilkan setiap bacaan yang diambil menjadi salah dalam satu arah. Kesalahan sitematik adalah kesalahan yang sebab-sebabnya dapat diidentifikasi dan secara prisip dapat dieliminasi. Nilai yang terukur secara konsisten terlalu tinggi atau terlalu rendah.

 Sumber kesalahan sistematis antara lain:
a. Kesalahan alat: akibat kalibrasi yang kurang baik.
b. Kesalahan pengamatan: akibat kesalahan paralaks ( kesalahan sudut pandang terhadap suatu titik ukur ).
c. Kesalahan lingkungan.
d. Keasalahan teoritis: akibat penyederhanaan sistem model atau aproksimasi dalam persamaan yang menggambarknnya.

Kesalahan acak menghasilkan hamburan data di sekitar nilai rata-rata. Data mempunyai kesempatan yang sama menjadi positif atau negatif. Sumber kesalahan acak sering dapat dikuantisasi melalui analisis statistik, sehingga efek kesalahan acak terhadap besaran atau hukum fisika dapat ditentukan. Kesalahan acak dihasilkan dari ketidakmampuan pengamat untuk mengulangi pengukuran secara presisi. Ada metode statistik baku yang digunakan untuk mengatasi kesalahan acak. Hal ini dapat memberikan simpangan baku untuk serangkaaian bacaan, tetapi ketika jumlah bacaan tidak terlalu besar adalah bermanfaat untuk mempunyai metode untuk mendapatkan nilai pendekatan dari kesalahan tanpa melakukan analisis statistik formal, yaitu perbedaan mutlak antara nilai individual dan nilai rata-rata.

   I.3 Akurasi, Presisi, dan Sensitivitas
Kata akurasi (ketepatan) dan presisi (ketelitian) sering dugunakan untuk maksud yang sama. Bagaimanapun, memungkinkan untuk mempunyai hasil pengukuran dengan presisi tinggi yang tidak akurat. Hal ini akan terjadi jika ada kesalahan sistematik. Demikian juga, memungkinkan untuk mempunyai hasil pengukuran yang akurat, tetapi tidak presisi. Hal ini akan terjadi jika ada kesalahan acak. Sensitivitas (kepekaan) adalah kemampuan memberikan tanggapan terhadap perubahan nilai pengukuran yang terjadi. Untuk menjamin sensitivitas alat ukur kita harus selalu menggunakannya sesuai dengan ordenya.

   I.4 Pengukuran Panjang
Pengukuran besaran panjang dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai alat ukur, misalnya mistar ukur, jangka sorong, dan mikrometer sekrup.

a. Mistar Ukur
Untuk mengukur panjang suatu benda biasanya kita menggunakan mistar atau alat sejenis. Pada umumnya mistar pengukur panjang adalah berskala sentimeter dan milimeter. Skala terkecil dari mistar adalah 1 mm, yang menyatakan tingkat ketelitian alat. Pada saat melakukan pengukuran dengan menggunakan mistar, arah pandangan hendaknya tepat pada tempat yang diukur. Artinya, arah pandangan harus tegak lurus dengan skala pada mistar dan benda yang diukur. Jika pandangan mata tertuju pada arah yang kurang tepat, maka akan menyebabkan nilai hasil pengukuran menjadi lebih besar atau lebih kecil. Kesalahan pengukuran semacam ini di sebut kesalahan paralaks.
Contoh pembacaan skala pada mistar:

                                                                        6 cm + 2mm = 6,2 cm
                                                                                              = 62 mm


b. Jangka Sorong
Jangka sorong merupakan alat pengukur panjang suatu benda yang ukurannya cukup kecil, dan jari-jari dalam dan luar, serta kedalaman suatu tabung. Jangka sorong terdiri dari dua pasang rahang, sepasang untuk pengukur luar dan sepasang untuk pengukur dalam. Dari pasangan itu ada rahang yang tetap ada dan ada rahang yang di geser-geser. Pada rahang tetap terdapat batang skala yang diberi skala dalam cm dan mm sebagai skala utama. Pada rahang geser terdapat 10 skala yang panjangnya 9 mm sebagai skala nonius. Oleh Karena itu, 1 skala nonius sama dengan 0,9 mm. jadi, skala nonius berselisih 0,1 mm dengan skala mm pada skala utama. Angka 0,1 mm menyatakan ketelitian jangka sorong.
Skala utama menunjukkan angka 6,6 cm dan skala nonius yang berimpit dengan skala utama adalah 5 skala (0,5 mm = 0,005 cm ). Jadi, hasil pengukuran panjang = 6,6 cm + 0,05 = 6,65 cm

c. Mikrometer Sekrup
Mikrometer sekrup mempunyai bagian-bagian utama, antara lain: poros tetap, poros geser, skala utama, dan skala nonius yang berupa pemutar. Biasanya alat ini digunakan untuk mengukur panjang, ketebalan, diameter bola, dan diameter kawat ang sangat kecil. Skala utama mempunyai skala mm dan 0,5 mm. Skala nonius mempunyai 50 skala dengan laju putar 0,5 mm/putaran. Oleh karena itu 1 skala nonius sama dengan 0,01 mm = 0,001 cm, yang menyatakan tingkat ketelitian mikrometer sekrup. Misalkan kedudukan skala nonius dan skala utama seperti pada gambar di bawah ini.





Skala utama menunjukkan angka 1,5 mm dan skala nonius yang segaris dengan skala utama adalah skala ke-15 (15 x 0,01 mm = 0,15mm). Hasil pengukuran = 1,5 mm + 0,15 mm = 1,65 mm.

II. Vektor
Dalam fisika dan teknik, acapkali bilangan tunggal dan satuannya tidak memadai untuk memberikan deskripsi yang lengkap terhadap besaran fisika. Misalnya, jika Anda berjalan 3 km ke timur, posisi anda jauh berbeda dengan jika Anda berjalan 3 km ke barat. Perubahan posisi suatu benda disebut perpindahan. Perpindahan adalah contoh dari besaran vektor, yang secara singkat disebut vektor. Vektor adalah besaran yang memiliki baik besar maupun arah untuk suatu deskripsi yang lengkap. Berbagai besaran dalam fisika termasuk kecepatan, perceptan, gaya, dan momentum adalah vektor.
Pada diagram, setiap vektor dinyatakan dengan tanda panah. Tanda panah tersebut selalu digambarkan sedemikian rupa sehingga menunjuk ke arah yang merupakan arah vektor tersebut. Panjang tanda panah digambarkan sebanding dengan besar vektor.
Sebagai contoh, pada gambar di bawah dilukiskan suatu vektor gaya (F) yang besarnya 40 N (N = Newton, satuan gaya) dan berarah 30o utara dari timur atau 30o terhadap sumbu x positif. Besar vektor F = 40 N dilukiskan dengan panjang anak panah 4 cm. Ini berarti skala yang dipilih adalah 1 cm = 10 N atau 4 cm = 40 N.
vektor dan skalar-1

   II.1 Aturan Penulisan Vektor
Dalam menuliskan vektor, apabila Anda menggunakan tulisan tangan, lambang suatu vektor umumnya ditulis dengan huruf besar dan di atasnya perlu ditambahkan tanda panah, misalnya :
vektor dan skalar-2


Untuk buku cetak, lambang vektor ditulis dengan huruf besar yang dicetak tebal, misalnya F. Untuk besar vektor, apabila kita menggunakan tulisan tangan maka besar suatu vektor ditulis dengan tanda harga mutlak, misalnya :
vektor dan skalar-3
Untuk buku cetak, besar vektor ditulis dengan huruf miring, misalnya F
   II.2 Penjumlahan Vektor
a. Menggambar Penjumlahan lebih dari 2 Vektor dengan metode Segitiga
Misalkan dua orang anak mendorong sebuah benda dengan vektor gaya masing-masing sebesar F1 dan F2, seperti ditunjukkan diagram di bawah. Ke arah mana benda itu akan pindah ? tentu saja benda tersebut tidak berpindah searah F1 atau F2. dalam kasus seperti itu, maka benda tersebut berpindah searah dengan F1 + F2. Operasi ini disebut jumlah vektor.
Cara menggambar jumlah dua buah vektor adalah dengan metode segitiga. Pertama, gambar vektor F1 berupa tanda panah. kedua, gambar vektor kedua, F2, dengan pangkalnya berhimpitan dengan ujung vektor pertama, F1. ketiga, jumlahkan kedua vektor, dengan menggambar vektor resultan (F1 + F2), dari pangkal vektor F1 menuju ujung vektor F2. selesai. Proses ini ditunjukkan pada gambar di bawah ini.


Cara menggambar selisih vektor pada dasarnya sama dengan menggambar penjumlahan dua vektor. Sebagai contoh, sebuah vektor F1 dan vektor F2 nilainya seperti tampak pada diagram di bawah. Berapa selisih kedua vektor tersebut ? misalnya F3 adalah selisih vektor F1 dan F2, maka dapat kita tulis F3 = F1 – F2 atau F3 = F1 + (-F2). Hal ini menunjukkan bahwa selisih antara vektor F1 dan F2 sama saja dengan penjumlahan vektor F1 dan vektor -F2. tanda minus hanya menunjukkan bahwa arah -F2 berlawanan dengan F2.
Bagaimana menggambar selisih vektor F1 dan F2 ?
Pertama, gambar terlebih dahulu tanda panah yang melambangkan vektor F1. kedua, gambar vektor -F2. vektor -F2 besarnya sama dengan F2, hanya arahnya berlawanan. (Lihat dan bandingkan gambar di bawah dan di atas). Ketiga, gambar tanda panah vektor resultan F3, di mana pangkal vektor F3 berimpit dengan pangkal vektor F1 dan ujung vektor F3 berimpit dengan ujung vektor -F2. Berimpit itu artinya menempel, atau apalah terserah kamu. Selesai….

b. Menggambar Penjumlahan lebih dari 2 Vektor dengan metode Poligon
Poligon itu artinya segi banyak/banyak segi. Sebelumnya, kita belajar menggambar 2 vektor dengan cara segitiga. Bagaimana jika kamu disuruh menggambar resultan atau jumlah vektor yang lebih dari 3 ?Misalnya kamu berpindah sejauh 4 meter, vektor A (lihat gambar di bawah), lalu kamu berpindah lagi sejauh 3 meter, vektor B. Karena hobimu jalan-jalan, maka kamu pindah lagi sejauh 2 meter, vektor C.
Untuk menggambar vektor resultan/hasil penjumlahan lebih dari 2 vektor, maka kamu tidak bisa menggunakan metode/cara segitiga. Kamu harus menggunakan metode poligon/segi banyak. Caranya, pertama, gambar vektor A. kedua, gambar vektor B, di mana pangkal vektor B berimpit dengan ujung vektor A (lihat gambar di bawah). Ketiga, gambar vektor C di ujung vektor B. caranya seperti menggambar vektor B. terakhir, gambar vektor D sebagai vektor resultan/hasil, dimana pangkal vektor D berimpit dengan pangkal vektor A dan ujung vektor B nempel dengan ujung vektor C. selesai…



c. Menggambar Penjumlahan 2 atau Lebih vektor dengan metode Jajaran Genjang.
Selain menggambar penjumlahan vektor dengan metode/cara segitiga dan poligon, kita juga bisa menggunakan metode jajaran genjong, eh genjang. Kalau metode segitiga khusus untuk dua vektor dan metode poligon khusus untuk lebih dari dua vektor, maka metode jajaran genjang untuk menggambar penjumlahan dua vektor atau lebih. Bagaimana menggambar penjumlahan dua vektor atau lebih menggunakan cara jajaran genjang
Misalkan dua orang anak mendorong sebuah benda dengan vektor Gaya masing-masing sebesar F1 dan F2, seperti ditunjukkan diagram di bawah. Ke arah mana benda itu akan pindah ?
untuk menggambar penjumlahan dua vektor, lakukan sesuai langkah2 di bawah ini. Pertama, gambar vektor F1 menggunakan tandah panah (lihat gambar di bawah). Kedua, gambar vektor F2, di mana pangkal/buntut berimpit/nempel dengan pangkal/buntut vektor F1. ketiga, gambar vektor resultan, F3 (F1 + F2), di mana pangkal vektor F3 nempel dengan pangkal vektor F1 dan F2, sedangkan ujung vektor F3 nempel dengan titik temu garis putus-putus dari kedua ujung vektor F1 dan vektor F2 .


   II.3 Perkalian vektor
Perkalian vektor adalah operasi perkalian dengan dua operand (obyek yang dikalikan) berupa vektor. Terdapat tiga macam perkalian vektor, yaitu perkalian titik (dot product), perkalian silang (cross product) dan perkalian langsung (direct product).
a. Perkalian titik
Perkalian titik dua buah vektor akan menghasilkan sebuah skalar. Jenis perkalian ini bersifat komutatif.
math
math
Untuk vektor satuan terdapat hubungan-hubungan yang khusus dalam operasi perkalian titik, yang merupakan sifat-sifat yang digunakan dalam perkalian titik, yaitu
math
math
math
dan
math
math
math

Atau dapat pula dituliskan dengan menggunakan notasi delta Kronecker math, yaitu
math
b. Perkalian silang
Hasil suatu perkalian silang dua buah vektor adalah juga sebuah vektor. Perkalian silang bersifat tidak komutatif.
math
math
Untuk vektor-vektor satuan terdapat pula hubungan yang mendasari operasi perkalian silang, yaitu
math
math
math
dan atau jika SAMA=1 dan jika BEDA=1
math
math
math
c. Perkalian Langsung
Hasil perkalian langsung dua buah vektor adalah sebuah tensor atau matriks. Perkalian ini tidak bersifat komutatif.
math
math

math
math
Perkalian langsung dua buah vektor satuan tidak memiliki hubungan yang khusus.
math
math

III.Hukum II Newton
Apa yang terjadi jika gaya total yang bekerja pada benda tidak sama dengan nol ? Newton mengatakan bahwa jika pada sebuah benda diberikan gaya total atau dengan kata lain, terdapat gaya total yang bekerja pada sebuah benda, maka benda yang diam akan bergerak, demikian juga benda yang sedang bergerak bertambah kelajuannya. Apabila arah gaya total berlawanan dengan arah gerak benda, maka gaya tersebut akan mengurangi laju gerak benda. Apabila arah gaya total berbeda dengan arah gerak benda maka arah kecepatan benda tersebut berubah dan mungkin besarnya juga berubah. Karena perubahan kecepatan merupakan percepatan maka kita dapat menyimpulkan bahwa gaya total yang bekerja pada benda menyebabkan benda tersebut mengalami percepatan. Arah percepatan tersebut sama dengan arah gaya total. Jika besar gaya total tetap atau tidak berubah, maka besar percepatan yang dialami benda juga tetap alias tidak berubah.
Bayangkanlah Anda mendorong sebuah gerobak sampah yang bau-nya menyengat. Usahakan sampai gerobak tersebut bergerak. Nah, ketika gerobak bergerak, kita dapat mengatakan bahwa terdapat gaya total yang bekerja pada gerobak itu. Silahkan dorong gerobak sampah itu dengan gaya tetap selama 30 detik. Ketika Anda mendorong gerobak tersebut dengan gaya tetap selama 30 menit, tampak bahwa gerobak yang tadinya diam, sekarang bergerak dengan laju tertentu, anggap saja 4 km/jam. Sekarang, doronglah gerobak tersebut dengan gaya dua kali lebih besar (gerobaknya didiamin dulu). Jika anda mendorong gerobak sampah dengan gaya dua kali lipat, maka gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat dibandingkan sebelumnya. Percepatan gerak gerobak dua kali lebih besar. Apabila Anda mendorong gerobak dengan gaya lima kali lebih besar, maka percepatan gerobak juga bertambah lima kali lipat. Demikian seterusnya. Kita bisa menyimpulkan bahwa percepatan berbanding lurus dengan gaya total yang bekerja pada benda.
Seandainya percobaan mendorong gerobak sampah diulangi. Percobaan pertama, kita menggunakan gerobak yang terbuat dari kayu, sedangkan percobaan kedua kita menggunakan gerobak yang terbuat dari besi dan lebih berat. Jika Anda mendorong gerobak besi dengan gaya dua kali lipat, apakah gerobak tersebut bergerak dengan laju 4 km/jam dua kali lebih cepat dibandingkan gerobak sebelumnya yang terbuat dari kayu ? Tentu saja tidak karena percepatan juga bergantung pada massa benda. Anda dapat membuktikannya sendiri dengan melakukan percobaan di atas. Jika Anda mendorong gerobak sampah yang terbuat dari sampah dengan gaya yang sama ketika Anda mendorong gerobak yang terbuat dari kayu, maka akan terlihat bahwa percepatan gerobak besi lebih kecil. Apabila gaya total yang bekerja pada benda tersebut sama, maka makin besar massa benda, makin kecil percepatannya, sebaliknya makin kecil massa benda makin besar percepatannya.

Hubungan ini dikemas oleh eyang Newton dalam Hukum-nya yang laris manis di sekolah, yakni Hukum II Newton tentang Gerak :
Jika suatu gaya total bekerja pada benda, maka benda akan mengalami percepatan, di mana arah percepatan sama dengan arah gaya total yang bekerja padanya. Vektor gaya total sama dengan massa benda dikalikan dengan percepatan benda.

Secara matematis , Hukum II Newton dinyatakan sebagai berikut:
ΣF = ma
a adalah percepatan, m adalah massa, dan ΣF adalah gaya total. Jika persamaan di atas ditulis dalam bentuk a = F/m, tampak bahwa percepatan sebuah benda berbanding lurus dengan resultan gaya yang bekerja padanya dan arahnya sejajar dengan gaya tersebut.

Tampak juga bahwa percepatan berbanding terbalik dengan massa benda.
Hukum II Newton menyatakan hubungan anatara gerak benda dengan penyebabanya, yaitu gaya. Perhatikan bahawa hukum II Newton mencakupi hukum I Newton, yaitu apabila ΣF = 0, maka percepatan alias a = 0.
Jadi apabila tidak ada gaya total alias resultan gaya yang bekerja pada benda maka benda akan diam apabila benda tersebut sedang diam; atau benda tersebut bergerak dengan kecepatan tetap, jika benda sedang bergerak. Ini merupakan bunyi Hukum I Newton.
Setiap gaya F merupakan vektor yang memiliki besar dan arah. Persamaan hukum II Newton di atas dapat ditulis dalam bentuk komponen pada koordinat xyz alias koordinat tiga dimensi, antara lain :
ΣFx = max,  ΣFy = may, ΣFz = maz
Kumpulan persamaan komponen di atas sama dengan hokum II Newton ΣF = ma. Jika sebuah benda bergerak sepanjang garis lurus alias satu dimensa, maka kita hanya menuliskannya dengan ΣF = ma. Apabila benda bergerak dalam dua dimensi (koordinat xy), maka kita dapat menguraikan vector gaya dengan persamaan ΣFx = max dan  ΣFy = may. jumlah komponen kedua gaya tersebut sama dengan ΣF = ma.

IV.Osilator Harmonik Sederhana
Gaya pegas dapat menyebabkan benda bergerak bolak-balik secara periodik yang disebut gerak periodik. Gerak periodik memiliki persamaan gerak sebagai fungsi waktu berbentuk sinusoidal yang disebut gerak harmonik. Gerak harmonik sederhana yaitu gerak harmonik yang dipengaruhi oleh gaya yang arahnya selalu menuju titik seimbang dean besarnya sebanding dengan simpangannya.

   IV.1 Tegangan dan Regangan
Secara sederhana dapat dibedakan tiga jenis perubahan bentuk benda yaitu rentangan, mampatan, dan geseran. Untuk tiap jenis perubahan bentuk benda akan diperkenalkan besaran yang disebut tegangan. Tegangan menunjukkan kekuatan gaya yang menyebabkan perubahan bentuk benda. Tegangan yang terjadi pada rentangan disebut tegangan rentang atau tegangan tarik. Tegangan yang terjadi pada mampatan disebut tegangan mampat, sedangkan tegangan yang terjadi pada geseran disebut tegangan geser.
Kita juga perlu meperkenalkan besaran lain yang menggambarkan hasil perubahan bentuk, yaitu regangan. Ketika tegangan dan regangan cukup kecil, kita sering menemukan bahwa kedua besaran tersebut sebanding dan kita menyebut konstanta perbandingannya sebagai modulus elastisitas, yang dapat dirumuskan sebagai berikut.
Modulus elastis = Tegangan / Regangan atau E = δ/e

Perilaku elastis yang paling sederhana untuk dipahami adalah rentangan yang terjadi pada batang, tali, atau kawat ketika ujungnya ditarik. Tegangan didefinisikan sebagai perbandingan besar gaya F dan lua penampang A,
Tegangan = Gaya / Luas penamapang atau   δ = F/a

Sedangkan regangan didefinisikan sbagai perbandingan antara pertambahan panjang ∆L dan panjang mula-mula L0.
Regangan = Pertambahan panjang / panjang mula-mula atau e = ∆L/ L0

IV.2 Gaya Pemulih
Gaya pegas merupakan gaya pemulih. Gaya pemulih ada gaya yang bekerja pada gerak harmonik yang selalu mengarah pada titik keseimbangan dan besarnya sebanding dengan simpangannya. Jika pegas ditarik atau ditekan dengan sebuah gaya F, maka akan terjadi perubahan panjang pada pegas sebesar x. sebagai reaksi, pegas juga akan melakukan gaya sebagai reaksi terhadap benda yang diberikan. Persamaan yang menyatakan bahwa besarnya gaya pemulih dan arahnya selalu berlawanan dengan arah simpangan yaitu F = kx .


IV.3 Periode dan Frekuensi
Periode menyatakan bahwa waktu yang diperlukan untuk melakukan satu siklus gerak harmonik sedangkan frekuensi menyatakan jumlah siklus gerak harmonik yang terjadi tiap satuan waktu. Untuk gerak harmonik pada pegas, perode T dan frekuensi f dapat dihitung denga menyamakan gaya pemulih dan gaya sentripetal, karena gerak harmonik pada hakikatnya merupakan proeksi gerak melihkar beraturan pada salah satu sumbu utamanya.
ΣF = ma
ky = mω2y
k = mω2
mengingat bahwa ω = 2π/T, maka
k = m (2π/T)2
T = 2π m/k
Karena f = 1/T, maka diperoleh:
F = 1/2πk/m



BAB III
PENUTUP
   I.Kesimpulan
a.       Dalam pengukuran, hasil yang didapatkan dari pengukuran belum dapat di katakan tepat karena dalam pengukuran selalu terjadi derajat ketidakpastian.
b.      Vektor merupakan besaran yang memiliki besar dan arah. Penulisan lambang vektor dapat ditulis dengan F. Dalam pengoperasian vektor dapat dilakukan dengan penjumlahan dan perkalian vektor.
c.       Hukum II Newton berbunyi “Percepatan suatu benda yang disebabkan oleh suatu gaya sebanding dan searah dengan gaya itu dan berbading terbalik dengan massa benda yang di kenai oleh gaya tersebut, yang secara matematis dapat dirumuskan ΣF = ma”.
d.      Gerak harmonik sederhana adalah gerak periodik yang memiliki persamaan gerak sebagai fungsi waktu berbentuk sinusoidal. Gerak harmonik sederhana didefinisikan sebagai gerak harmonik yang dipengaruhi oleh gaya yang arahnya selalu menuju titik seimbang dan besarnya sebanding dengan simpangannya, yang secara umum persamaan yang menyatakan bahwa periode dan frekuensi gerak harmonik sederhana pada sistem pegas yaitu: T = 2π m/k dan F = 1/2πk/m.


DAFTAR PUSTAKA

Gabriel, J.F.1988.Fisika Kedokteran.Jakarta:Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Supiyanto.2004.Fisika SMA untuk SMA Kelas X.Jakarta:Erlangga.
Supiyanto.2006.Fisika Untuk SMA Kelas XI.Jakarta:PHiβETA.


























Laporan Biologi "Mikroskop"


LAPORAN PRAKTIKUM

BIOLOGI I

I. Judul Percobaan                : Cara Mengenal Mikroskop

II. Tujuan                              : Untuk mengenal dan mengetahui cara penggunaan                                                                     

                                                  mikroskop

III. Alat dan Bahan               : >Mikroskop

                                                  >Tissu

                                                  >Alkohol

IV. Cara Kerja                                  :

A. Persiapan

1. Ambil mikroskop dari tempat penyimpanan dengan menggunakan tangan kanan        untuk memegang lengan mikroskop sedangkan tangan bagian kiri untuk menyangga bagian dasar mikroskop tersebut.

2. Letakkan mikroskop pada meja datar dan dekat dengan aliran listrik supaya dapat mengoperasikan mikroskop tersebut.

3. Bersihkan mikroskop dengan menggunakan tissu yang yang telah diberi alkohol 70% untuk membasmi jamur.

4. Tekan tombol ON.

5. Ambil media / objek yang akan diamati yang telah di letakkan pada kaca preparat.

 

 

B. Pengoperasian Mikroskop

1. Atur penerangan dengan menggunakan alat penerangan yang terdapat di bawah stage.

2. Gunakan objektif perbesaran 10x.

3. Putar pengatur kasar supaya objektif bergerak ke atas sehingga dapat di atur jarak tepat antara  objektif dan objek.

4. Atur diafragma sehingga mendapat banyak cahaya yang masuk.

5. Pasang preparat, letakkan tepat di atas lubang stage.

6. Jepit dengan penjepit preparat.

7. Turunkan obejektif sesuai dengan keperluan. Dalam hal ini jangan terlalu rendah untuk menurunkan objektif, atau bahkan sampai berimpit dengan okuler, karena preparat akan rusak dan pecah.

8. Lihat okuler dengan mata kiri. Dalam hal ini kedua mata pengamat tetap dalam keadaan terbuka. Usahakan jangan sampai menutup mata kanan, karena akan menyebabkan mata pengamat menjadi silindris.

9. Atur pengatur kasar sebaik mungkin sehingga mendapatkan gambar yang diinginkan dari objek yang diamati.

10. Ganti objektif perbesarn 10x dengan perbesaran objektif yang lebih besar dari perbesaran sebelumnya. Dalam hal ini perbesaran bayangan dapat dihitung dengan mengalihkan perbesaran objektif dan perbesaran okulernya.

11. Putar pengatur halus sehingga didapat gambar yang diinginkan dengan jelas.

12. Setelah seluruh kegiatan pengamtan objek selesai, ambil preparat dari

 

 

 mikroskop, tekan tombol OFF, lalu bersihkan lensa mikroskop dengan alkohol kembali dan kembalikan mikroskop pada posisi semula.

V. Hasil Pengamatan

Bagian-bagian dari mikroskop dan fungsinya:

1.      Lensa okuler, untuk memperbesar gambar objek dari lensa objektif sehingga terlihat oleh mata.

2.      Lensa objektif, untuk memperbesar objek agar terlihat oleh lensa okuler.

3.      Pengatur fokus, untuk mengatur fokus bayangan benda agar terlihat lebih jelas.

4.      Pemutar lensa objektif, untuk mengatur lensa objektif yang akan dipakai.

5.      Penjepit preparat, untuk menjepit preparat agar tidak mudah bergeser pada saat pengamatan.

6.      Meja benda, untuk meletakkan objek pengamatan.

7.      Diafragma, untuk mengatur banyaknya cahaya yang masuk.

8.      Cermin, untuk memantulkan cahaya yang diarahkan ke objek pengamatan.

VI. Pembahasan
Mikroskop dapat membantu kita melihat benda-benda yang sangat kecil sehingga dapat terlihat oleh kita, itulah fungsi utamanya. Mikroskop cahaya dan mikroskop elektron memiliki manfaat yang sangat penting. Mikroskop telah digunakan dalam bidang kedokteran, ilmu forensik ( untuk menyelidiki sidik jari ), geologi ( untuk meneliti batuan ), industri ( untuk menguji ketahanan suatu benda ), serta dalam bidang makanan dan lingkungan (untuk menyelidiki bakteri beracun dalam makanan).
Mikroskop cahaya merupakan suatu alat yang mempunyai bagian-bagian tertentu, yaitu terdiri dari alat-alat optik dan non optik yang digunakan untuk mengamati benda-benda yang mikroskopis dan transparan. Mikroskop cahaya


 mempunyai keuntungan yaitu hemat terhadap penggunaan listrik. Daya pisah adalah kemampuan mikroskop untuk secara jelas dan terpisah dalam membedakan dua titik yang berdekatan yang tanpa mikroskop terlihat sebagai satu titik dan dikatakan sebagai jarak terkecil diantara dua titik yang terlihat sebagai dua titik bukannya satu titik. Hal inilah yang membedakan mikroskop canggih dari mikroskop cahaya.

Dari hasil penelitian yang telah dilaksanakan maka diperoleh hasil yaitu, mikroskop terdiri atas bagian-bagian yang masing-masing bagian tersebut mempunyai fungsi tersendiri. Lensa okuler berfungsi untuk memperbesar bayangan yang bersifat maya dan tegak. Lensa objektif berfungsi untuk mengatur pembesaran ukuran untuk kekuatan 4x, 10x, 40x dan 100x. Kondensor berfungsi untuk mengatur bayangan yang akan diamati atau untuk menaikkan dan menurunkan kondensor. Reflektor berfungsi untuk menerima cahaya yang masuk atau dapat memperjelas cahaya yang akan datang. Tubuh mikroskop berfungsi untuk tempat terjadinya proses bayangan antara lensa objektif dengan lensa okuler. Makrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler objektif sehingga tepat fokusnya secara kasar dan jelas. Mikrofokus berfungsi untuk mengatur jarak okuler sehingga tepat fokusnya secara tajam. Revolver berfungsi sebagai tempat lensa objektif. Meja objek berfungsi untuk meletakkan preparat yang akan diamati. Penjepit berfungsi untuk memperkokoh kedudukan preparat agar tidak goyang. Pengatur kondensor berfungsi sebagai pengatur letak lensa kondensor terhadap preparat. Pemegang(lengan) berfungsi untuk memegang mikroskop. Diafragma berfungsi mengatur cahaya yang masuk dalam mikroskop. Kaki atau dasar berfungsi untuk memperkokoh kedudukan mikroskop

VII. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil praktikum ini, yaitu:

1. Mikroskop terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Bagian optik yang terdiri atas:

 

 

-Cermin datar dan cermin cekung

-Kondensor

-Difragma

-Lensa okuler

-Lensa objektif

            b. Bagian mekanik terdiri ataas:

                      -Corong mata

                      -Statif

                      -Pengatur fokus / revolver

                      -Alas

                      -Penjepit

                      -Sekrup Penggesr

                      -Penagtur kondensor

2. Mikroskop adalah suatu benda yang berguna untuk memberikan bayangan yang diperbesar dari benda-benda yang terlalu kecil untuk dilihat dengan mata telanjang.
VIII. Daftar Pustaka
Kamajaya.1996. Sains Biologi. Ganesa Exact. Bandung.
Pramesti, Hening Tjaturina. 2000. Mikroskop dan Sel FK. Unlam. Banjarbaru.
Yekti, S. 1994. Biologi Umum. Erlangga. Jakarta.